Jumat, 23 Juli 2010

Infotainment, produk jurnalistik atau bukan?


Polemik tentang infotainment yang dipertanyakan apakah termasuk produk jurnalistik atau bukan masih terus begulir. Beberapa tokoh menyampaikan pendapatnya masing-masing, kebanyakan menyatakan bahwa infotainment BUKAN merupakan produk jurnalistik.

"Setelah melakukan observasi yang mendalam dan wawancara di lapangan, tayangan infotainment tidak sesuai dengan koridor jurnalistik," kata Mulharnetti Syas, seorang doktor Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Mulhanetti menambahkan bahwa tayangan infotainment banyak melanggar kode etik jurnalistik karena menyampaikan gosip atau isu bukan fakta yang ada.

"Infotainment banyak menayangkan hal yang tidak sesuai dengan fakta. Padahal karya jurnalistik berdasarkan fakta dan tidak mencapurkannya dengan opini," jelasnya. (Sumber Antara News)

Dalam sebuah dialog di televisi, saya pernah menyimak seorang tokoh mengungkapkan pendapatnya agar infotainment ditiadakan saja karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

Namanya juga berpendapat, orang boleh menyampaikan apa saja sesuai apa yang dipikirkannya. Kalau saya pribadi menilai tayangan infotainment memang kurang memenuhi nilai-nilai sebuah tayangan informasi. Infotainment sebagai produk informasi seputar artis dan selebritas lebih banyak menyampaikan berita yang sifatnya negatif. Memang bukan semuanya negatif karena tentunya masih banyak berita positif di dalamnya. Tapi kebanyakan infotainment menyampaikan berita negatif sebagai berita utama, baru di akhir-akhir tayangan menyajikan berita yang positif yang kesannya 'biasa-biasa saja'.

Bahkan beberapa infotainment yang mengkhususkan diri menyajikan berita 'investigasi' (kata presenternya) hampir setiap hari menyampaikan berita yang tak jauh dari PERCERAIAN, PERSELINGKUHAN, ARTIS TERJERAT NARKOBA, VIDEO MESUM, PERTIKAIAN dan berita miring lainnya.

Selain mengupas hal-hal negatif, infotainment kadang terkesan menyudutkan dan menghakimi artis tertentu yang sedang terjerat masalah dengan narasi BOMBASTIS dan LUAR BIASA. Ketika seorang artis terjerat masalah dengan polisi misalnya, infotainment memberitakannya seolah-olah artis tersebut adalah orang paling bersalah di dunia dengan menayangkan kesalahan-kesalahan di masa lalunya. Ketika artis terlibat pertikaian dengan artis lain, dengan narasinya infotainment membuat seolah-olah artis A benar dan artis B salah padahal belum tentu juga seperti itu kejadiannya.

Ketika sedang booming kasus tertentu perilaku infotainment lebih menarik lagi. Dari pagi-pagi buta sampai tengah malam buta (misal saja, kenyataanya infotainment cuma tayang paling malem jam enam sore), semua infotainment SERAGAM menayangkan berita yang ITU ITU SAJA. Beeeuuuuhhhhhhhhhhh..... sampek mblenger deh... Tak heran kalau infotainment sering digunakan artis untuk menaikkan popularitasnya.

Terlepas dari segala polemik, infotainment sebenarnya bisa menjadi hiburan yang benar-benar hiburan kalau saja menyampaikan semua informasi entertainment yang benar, sesuai fakta, tidak melebih-lebihkan, dan tidak menyisipkan opini dalam narasinya. Satu lagi, tidak melakukan pengulangan berita yang hanya itu-itu saja. (by:Hari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar